Mobil Listrik
Sabtu, 17 Januari 2009
Mobil Sport Tanpa Mesin, Kopling, Transmisi & Suspensi
Sasis Volage, sangat sederhana karena komponen utama ada di roda
Beragam teknologi mobil listrik pun muncul. Baik yang dihasilkan oleh satu perusahaan maupun hasik kerjasama. Salah satu yang cukup menarik – terutama di lingkungan wartawan otomotif - dan saat ini masih dipamerkan di Paris Motor Show adalah Venturi Volage.
Dari segi penampilan, Venturi Volage dinilai sebagai mobil konsep yang “sexiest” bersama kendaraan lainnya. Maklum, mobil ini adalah roadster dua pintu yang membuka seperti sayap burung. Dari segi teknologi, meski bukan hasil karya Venturi sendiri, tetapi dari Michelin, sangat menarik sebagai kendaraan alternatif masa depan.
MAW
Melalui dua aspek itulah, Venturi Volage menjadi menarik meksi stand dan produknya jauh kalah pamor dan menarik dibandingkan perusahaan peserta lainnya, terutama perusahaan mobil terkemuka di dunia.
Venturi adalah sebuah perusahaan yang membuat mobil sport khusus bertenaga listrik dari Monaco. Publikasi kehadiran Venturi Volage juga dibantu oleh publikasi khusus Michelin.
Penampilan Volage memang agak beda. Panjangnya 3.965, lebar 1.949 mm dan tinggi 1.235 mm. Alhasilnya, mobil ini tampak ceper dan lebar. Keunikan mobil ini, ban yang digunakan berukuran besar dan hanya punya sedikit celah antara bibir fender atau sepatbor. Bagian luar roda pun ditutup, mirip seperti mobil balap F1-Ferrari.
Teknologi baru yang diperkenalkan Venturi, justru berada di ban. Penemunya, yaitu Michelin dan menyebutnya “Michelin Active Wheel” (MAW).
Semuanya di Roda
Dengan mengandalkan MAW, Venturi Volage tidak lagi memerlukan sumber penggerak konvensional plus pemindahnya, seperti kopling dan transmisi. Hebatnya lagi, komponen penggerak, suspensi dan rem bisa disatukan pada roda.
Itulah yang membedakan desain dan konstruksi roda Volage berbeda dibandingkan dengan mobil konvensional atau kendaaraan listrik lainnya. Pada bagian dalam roda terdapapat komponen utama mobil, yaitu motor listrik, piringan rem, kaliper, motor suspensi listrik, per suspensi dan suspensi aktif.
Motor listrik mendapatkan pasokan tenaga dari baterai (beratnya 250 kg) langsung menggerakkan atau memutar roda. Mobil tidak memerlukanperantara, seperti kopling dan transmisi. Untuk ini digunakan baterai lithium-polimer. Motor listrik mampu menghasilkan tenaga 53 kW (72PS) dan torsi 232 Nm pada berbagai tingkat putaran. Karena langsung menggerakkan roda, kemampuan tersebut dinilai sangat fantastik dan mampu menghasilkan akselerasi yang impresif!
Ditambahkan, dengan menggunakan suspensi listrik, selain menghasilkan pengendalian yang mantap, tingkat kenyamanan juga lebih baik. Sedangkan rem lebih andal dan terpercaya. Energi yang terbuang dapat ditekan serendah mungkin atau dengan kata lain, efisiensi mobil maksimal.
Lebih lanjut dijelaskan, dengan memadukan motor penggerak, suspensi dan rem di roda, bobot mobil jadi ringan, meski bobot Volage mencapai 1.075 kg. Ditambahkan pula, desain mobil jadi ringkas dan sederhana karena banyaknya komponen yang tak diperlukan lagi. Karena itu pula Michelin berani menilai, karyanya ini akan membawa mobil ke era baru, terutama alat transportasi jalan raya, “Konsep rancangan mobil harus diulang!”
4 x 4 atau 4 x 2
Dengan motor listrik langsung di roda, maka pilihan menggunakan sistem penggerak 4 x 4, 4 x 2, gerak roda belakang dan sebagai lebih mudah dan fleksibel. Setiap roda bisa saja menggunakan satu motor atau disebut juga sistem 4 x4. Lebih sederhana lagi, bila kedua roda depan saja yang dipasangi motor listrik, mobil pun menjadi 4x2.
Meski Venturi Volage menggunakan baterai, namun Michelin berharap energi untuk menggeraklan kendaraan bisa dari sel bahan bakar atau kapasistor. Karena itu pula, selain bekerjasama dengan Venturi, produsen ban ini juga membuat mobil listrik dengan perusahaan lain, yaitu Heuliez dan Orange.
Melalui MAW, Michelin ingin memberi bukti bahwa sistem yang dirintisnya dapat diaplikasikan pada mobil penumpang dan barang. Dengan teknologi ini diharapkan, solusi praktis akan kebutuhan transportasi dalam kota, bisa terjawab. Sekaligus mengurangi polusi di tengah kota dengan kendaraan yang terus berjubel.
Sebenarnya teknologi ini sudah pernah diperkenalkan Michelin 12 tahun lau. Namun momennya kurang pas. Kini, dengan semakin mahalnya harga bahan bakar dan tuntutan lingkungan yang semakin ketat, Michelin menganggap, teknologi sudah bisa dikomersialkan.
Dengan MAW, suspensi tidak lagi bekerja secara mekanisme, tetapi listrik. Sistem unik ini mampu bekerja dengan respon waktu yang sangat cepat, yaitu 0,003 detik dan gejala oleng dan ajrut-ajrutan praktis hilang.
Meski begitu, bukan berarti sistem Michelin ini tidak punya kelemahan. Karena bagian utama menggunakan bekerja secara kelistrikan dan dipasang di roda lagi, untuk daerah yang sering banjir tentu saja kurang cocok. Kecuali, bila mampu membuat sistem penyekat yang benar-benar anti-banjir atau rembesan air.
sumber:
otomotif.kompas.com